Advertisement
Kabarnetizen - Program Percepatan Penurunan Stunting Di Wilayah Khusus Provinsi Bali putaran berlanjut di desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, pada hari ini Sabtu (13/08) yang dilaksakan di Gedung Olah Raga (GOR) Amartha, Desa Patas.
Ir. Hj. Mila Rahmawati, MS sebagai Direktur Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk BKKBN, dalam sambutanya mengatakan BKKBN mempunyai amanah yang luar biasa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara pemangku kepentingan.
Meski Bali berada dibawah angka prevalensi nasional, namun Bali tetap gencar menekan percepatan angka stunting untuk mewujudkan Bali zero stunting. Hal ini dilakukan untuk diwujudkan demi melahirkan generasi yang unggul, sehat, dan cerdas terwujudnya negara yang kuat.
Kampanye percepatan penurunan stunting ini terselenggara atas kerja sama Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana dapil Bali dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Turut Hadir dalam sosialisasi ini Ketua Tim Penggerak (TP) (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) PKK Ni Luh Putu Putri Suastini/ Ny. Putri Koster, menyampaikan pesan kepada masyarakat patas yang hadir bahwasanya permasalahan stunting perlu mendapat perhatian dan upaya dari kita bersama untuk mengatasinya. Tidak hanya pemerintah semata, namun semua komponen masyarakat bersinergi mengatasi stunting dan melakukan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat terkait apa itu stunting, upaya pencegahannya serta apa yang dapat kita lakukan untuk menekan angka stunting di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Perbekel Desa Patas, I Kadek Sara Adnyana mengatakan data beberapa tahun lalu desa Patas merupakan desa Lokus Stunting namun dalam 3 tahun terakhir nihil kasus stunting. Perbekel Desa Patas menambahkan, untuk menekan angka stunting diwilayahnya telah menambahkan beberapa program dan pos anggaran untuk melepas desa dari lokus stunting. Kegiatan sosialisasi stunting ini merupakan kegiatan lanjutan menyasar desa Patas. I Kadek Sara Adnyana menambahkan, warganya telah mendapatkan pendampingan khusus ibu hamil dan balita sesuai program-program pemerintah. Jadi kegiatan ini bisa dibilang pembenahan sekaligus untuk mengingatkan masyarakat terutama generasi muda untuk lebih memahami stunting itu sendiri.
Sehingga sampai saat ini, belum ditemukan kasus stunting di Desa Patas.
Prevalensi stunting secara nasional saat ini yakni 24,4 persen atau perbandingan satu dari empat anak.
Untuk diketahui, menurut data dari SSGI di Tahun 2021 Buleleng bisa menekan penurunan angka stunting mencapai 8,9% dan pencapaian ini bisa dijadikan percontohan untuk daerah lainnya.
Menurut data dari 2019 angkanya 22% dan pada tahun ini angkanya sudah menurun menjadi 8,9% dan target 2024 bisa mencapai sekitar 5%.
Meski tergolong kecil, pemerintah punya komitmen yang sama dengan pemerintah pusat dan seluruh instansi dalam menurunkan prevalensi stunting sesuai semangat Presiden Jokowi dengan menerbitkan Perpres 72/2021.
Berdasarkan Survei Status Gisi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Provinsi Bali sebesar 10, 9 persen.
Kariyasa menekankan pentingnya melakukan diversifikasi pangan, misalnya mengganti atau mencampur beras dengan umbi-umbian, memperkaya asupan sayur dan daging yang bersumber dari pangan lokal.
Disebutkan, yang membuatnya terkejut kasus stunting di Bali justru terjadi di Kota Denpasar. Ini membuktikan bahwa stunting juga mengancam masyarakat menengah ke atas karena disebabkan pola asuh dan pola makan yang salah.
Pada agenda kampanye tahun ini, pihaknya juga menyasar sejumlah SMA/Sederajat di Bali sebagai lokasi sosialisasi. Kariyasa berkomitmen merealisasikan program yang menyentuh langsung masyarakat bersama seluruh mitra Komisi IX DPR RI.
Dengan melibatkan masyarakat yang didominasi oleh anak muda 17 sampai 45 tahun, diharapkan bisa mengetok tularkan kepada masyarakat yang lainnya. (Red)