Iklan

Zainuddin Yasin
Rabu 04 2025, Juni 04, 2025 WIB
Last Updated 2025-06-04T02:03:11Z

Ratusan Siswa di Buleleng Tak Bisa Baca Tulis, SMP Negeri 1 Seririt Punya Metode, 3 Bulan 22 Siswa Tuntas Baca Tulis

Advertisement


 Nyoman Armaja, S.Pd.M.Pd



SERIRIT, KABARNETIZENS.COM

Kota Singaraja mengklaim diri sebagai Kota Pendidikan di Bali, namun muncul semua informasi yang mencengangkan publik. Ternyata di balik kliam Kota Singaraja sebagai Kota Pendidikan, terdapat 400-an siswa SMP di Kabupaten Buleleng tidak bisa membaca dan menulis.




Ada apa dengan pendidikan di Buleleng? Benarkah disleksia atau kegagalan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng?





Bupati Buleleng dr I Nyoman Sutjidra mengatakan, anak-anak setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng yang dinyatakan tidak bisa baca, tulis bahkan menghitung mengalami gangguan belajar yang mengakibatkan anak kurang memahami kosakata, kalimat, membaca, dan memahami bahan bacaan atau disebut disleksia.




"Memang benar fakta di lapangan disebutkan 380 siswa tingkat SMP tidak bisa baca tulis. Dan kami sudah melakukan kroscek cek di lapangan dan sudah mengambil tindakan berupa evaluasi dan pengujian setelah bekerja sama dengan UNDIKSA,"jelas Bupati Sutcidra, Ahad (1/6) saat jumpa pers dengan awak media di rangon sunset






“Dari Dewan Pendidikan Buleleng memberikan masukan ada sekitar 380 anak SMP tidak bisa baca. Sebetulnya itu diseleksia bukan tidak bisa membaca, mengalami kesulitan. Artinya mengalami masalah dalam proses belajar,”  lanjutnya





Bupati Sutjidra mengaku akan membuat pendidikan jarak jauh di setiap kecamatan dengan akan mendata ulang untuk dilakukan penyetaraan. Selain itu, Bupati Sutjidra mengaku akan melakukan pendalalaman atas kondisi itu dengan kemungkinan penyebabnya soal kemiskinan.




“Kita masih mereka-reka (penyebabnya). Apakah karena tidak mampu, tidak tau atau tidak mau. Ada anak-anak yang tidak mau dan ini yang berat karena mereka sudah diajak bekerja oleh orang tuanya keluar daerah. Sedang kalau penyebabnya ketidak mampuan jelas akan kita bantu,” jelas Bupati Sutjidra.






Atas fenomena itu, SMPN 1 Seririt terdapat sedikitnya 32 siswa SMP nya tidak bisa membaca dan menulis. Kepala SMPN 1 Seririt, Nyoman Armaja, S.Pd, M.Pd mengungkapkan, Fenomena siswa tersebut tidak hanya di Bali bahkan seluruh Indonesia.





Menurutnya, tiap tahun pasti terdapat siswa yang berkebutuhan khusus itu sejak dari tingkat SD.  kata Armaja lagi, di SMP NEGERI 1 Seririt terdapat 32 siswa yang tidak bisa baca dan tulis. Namun. dalam kurun waktu 3 bulan pihaknya sudah melakukan evakuasi dan pendekatan secara persuasif dengan melibatkan 6 orang tenaga pengajar.






Dikatakan, anak berkebutuhan khusus itu tergantung dari faktor genetik. Metode yang ideal adalah pengajaran kepada siswa  dengan pendekatan humanis. Selama 3 bulan  beberapa  guru diberikan tugas untuk mendampingi mereka dengan metode pembelajaran khusus




Disebutkan, dari 32 siswa yang sebelunya tidak bisa baca tulis tersebut alhasillnya  terdapat 22 siswa yang sudah bisa baca tulis." Siswa yang berkebutuhan khusus itu kami pisahkan jam mengajar maksimal 2 jam dalam satu hari. Labih dari 2 jam pasti anak itu memiliki sifat kejenuhan karena kecerdasan dan memory ingat terbatas," ujar Nyoman Armaja





Dia membantah ketidak mampuan anak-anak dapat membaca dan menulis tersebut bukan akibat kegagalan Disdikpora (pemerintah) dalam mengentaskan buta aksara. Karena tidak semua anak-anak tersebut tidak bisa baca tulis dapat disebabkan kecenderungan disleksia.





siswa berkebutuhan khusus itu disebutkan berpotensi putus sekolah dan ini yang akan digarap dengan program penyetaraan baik setingkat SMP maupun SMA. 





"sepanjang masih ada cara yang elegan dan humanis kita tetap memberikan pelayanan dan motivasi baik anak didik maupun orang tua karena anak adalah amanah yang wajib kita didik dan bimbing, tandas Kepala SMP negeri 1 Seririt ini





Sebelumnya, Ketua Dewan Pendidikan Buleleng I Made Sedana dalam pernyataannya menyebut ratusan siswa pada SMP di Buleleng tidak bisa membaca disebabkan karena berbagai macam faktor. Menurut Sedana bersama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng sempat menghimpun data bahwa hampir sekitar 380 orang anak lebih masih bermasalah pada bidang membaca dan mengeja. Bahkan banyak di antaranya tidak bisa membaca sama sekali.(YASIN)