Advertisement
BANJAR, KABARNETIZENS.COM
Jangan sesekali meninggalkan generasi yang lemah. Karena generasi hari ini adalah pemimpin masa depan. Demikian slogan Ketut Santosa, warga asli Bali Aga Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Buleleng Bali ini cukup intens melakukan pembinaan kepada regenerasi agar terus mempertahan karya peninggalan leluhur
Menurut Kapiten, sapaan akrab Ketut Santosa persoalan Yang dihadapi perajin anyaman bambu Desa Tigawasa saat ini adalah regenerasi sumber daya manusia serta keberlanjutan pasokan bahan baku berupa bambu. Baik dari desa Tigawasa sendiri maupun pasokan dari desa lain untuk berkelanjutan eksistensi kerajinan berbahan baku bambu tersebut
Pengarajin bambu karya Kastari yang dipelopori Ketut Santosa menjadi salah satu sentra produksi hasil karya warga desa Tigawasa tersebut terus memberikan edukasi dan pembinaan.
Selain itu membantu pemasaran ke beberapa artshop. Seiring berjalannya waktu produksi anyaman bambu dari rumah produksi Kastari Bambu dikenal hingga manca negara
Disebutkan, Sejak lima tahun terakhir melakukan ekspansi pemasaran bisnisnya ke sistem online. Rutinitas mengunggah produk anyaman bambu dimulai di media sosial pribadinya.
Lagi Menurut Kapiten, Keputusannya untuk mengikuti arus kekinian yang serba digital berbuah manis. Peningkatan order produk anyaman bambunya meningkat drastis. Meski sempat lesu saat pandemi Covid-19 yang baru saja berakhir. Namun gairah perputaran ekonomi mulai dirasakan kembali Order mulai bermunculan. .
Produk anyaman bambu banyak digemari dan dicari warga lokal Bali. Namun ada juga permintaan dari luar Bali dan wisatawan mancanegara. Satu produk dijual dengan harga berkisar Rp 7.000 sampai Rp 500.000. hingga jutaan
“Pemasaran online tentu sangat menguntungkan. Kalau dulu masih konvensional, begitu produk jadi harus bersaing dengan beberapa desa lain yang cukup geliat dan berkembang, ujar Kapiten saat ditemui Rabu ( 27/5) di desa Tigawasa
Hanya saja rumah produksinya saat ini masih mengalami keterbatasan dalam penerimaan order dari konsumen. Utamanya saat pesanan menumpuk jelang hari raya. Produksi anyaman bambu yang masih manual menggunakan tangan membuat jumlah produksi tidak bisa dalam jumlah banyak.
Apalagi saat musim hari raya dan musim panen cengkih. Seluruh perajin anyaman bambu di Tigawasa akan beralih mengelola hasil kebun mereka. Pada masa ini rumah produksi anyaman bambu tidak menerima order selama dua bulan.
Menariknya, pria yang masih saja lajang ini kerab memberikan bantuan berupa kucuran dana kepada kelompok masyarakat binaannya itu. Karena menurutnya, terkadang orderan mereka belum laku di pasaran ditambah lagi kebutuhan yang cukup mendesak sehingga dirinya kerap memberikan bantuan kepada warga binaaanya.
"Warga binaan kami ini terus berkarya selain menopang kebutuhan ekonomi tiap harinya, juga sebagai bentuk melestarikan warisan para leluhur," tandas Kapiten (YASIN)