Iklan

One Redaksi
Sabtu 24 2022, Desember 24, 2022 WIB
Last Updated 2022-12-24T06:33:52Z
Adat TengananBeritaDesa BaliagaPulau BaliWisata

Keunikan Desa BALI AGA Di Penghujung Timur Pulau Dewata Bali

Advertisement



KABAR NETIZEN | 
Pulau Dewata memiliki  salah satu desa yang mempunyai beragam keunikan dan adat budaya yang berbeda pada masyarakat Bali pada umumnya, yaitu salah satu desa yang berada di Kabupaten Karangasem.


Khusus di Kecamatan Manggis sebelah timur pulau Bali yaitu Desa Tenganan  yang termasuk desa Bali Aga atau Bali Kuna yang masih mempertahankan adat istiadat dan gaya hidup tradisional yang diwariskan dari leluhurnya. 


Desa Tenganan ini sendiri, sudah menjadi tempat destinasi bagi wisatawan lokal maupun wisatawan dari mancanegara. 


Selain itu  juga banyak mahasiswa-mahasiswa dari bebagai kampus yang ada di Bali maupun luar Bali datang untuk melakukan sedang studi banding.

Desa adat Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu Desa yang tidak terdampak oleh pendudukan Kerajaan Majapahit pada abab ke-14. Desa ini terletak diantara tiga bukit yaitu Bukit Kangin, Bukit Kaja dan Bukit Kauh. 


Desa adat Tenganan ternyata memiliki sistem pemerintaham desa yang berbeda dengan desa yang ada di Bali pada umumnya.


Selain itu sistem kepemilikan tanah dan tata cara upacara adat di desa ini juga berbeda, seperti contohnya kepemilikan tanah di Desa Tenganan ini tidak memiliki setifikat tanah pribadi namun tanah yang di tempati itu milik Desa Adat Tenganan itu sendiri, jadi semua boleh menepati asalkan orang asli keturunan dari Desa Tenganan tersebut.


Kalau sistem adat yang berbeda yaitu Desa Tenganan tidak melakukan Hari Raya Nyepi di Bali pada umumnya, namun adatnya Nyepi Adat Tenganan. 

Keunikan dari Desa Tenganan itu sendiri seperti Bangunan rumahnya temboknya masih menggunakan tanah liat dan atapnya menggunakan daun kelapa atau yang di sebut klangsah. 


Bahkan kerbau disana dilepaskan secara bebas di halaman, jadi seperti kotoran-kotoranan kerbau tercecer dimana-mana kata orang setempat itu menjadi adat dari leluhurnya. Kata warga setempat.


 “ Ada salah satu tantangan bagi para lelaki yang ada di Desa Tenganan yaitu lelaki yang ada di Desa Tenganan tidak boleh menikah dengan wanita janda, dan jika orang asli Desa Tenganan mendapatkan orang dari luar Desa Tenganan namun dia bertempatnya tidak di Desa Tenganan, orang itu akan terlepas dari adat dan budaya dari Desa Tenganan itu sendiri” ujarnya.

Mata Pencaharian masyarakat di Desa Tenganan ini sebagian besar para lelakinya sebagai  penghasil tuak dan untuk para wanita di Desa ini bermata pencaharian membuat Kain Tenun Grigsing yang menjadi salah satu khas Bali.


Ternyata Kain Tenun Gringsing ini memiliki arti yaitu Gring yang artinya “Sakit” dan Sing yang berarti “Tidak” jika digabungkan maksud dari 2 kata tersebut Gringsing artinya Tidak Sakit atau memiliki arti Penolak Bala. (BKTI)